Kapal Selam Amur Class buatan Rusia |
Prospek pengembangan Angkatan Laut Indonesia semakin
menjanjikan, setelah Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Marsetio
dijadwalkan mengunjungi Korea Selatan dalam waktu dekat, untuk menyaksikan
pemotongan baja yang menandai dimulainya pembuatan kapal selam pesanan TNI AL.
Duta besar Korea Selatan, Kim Young-Sun mengatakan tiga kapal selam tipe
U-209 telah dipesan oleh Indonesia dan akan dikirim tahun 2015 hingga tahun
2016. Dua akan dibangun di galangan kapal Daewoo di Busan, Korea Selatan,
sementara yang ketiga akan dibangun di fasilitas galangan kapal milik negara PT
PAL Indonesia di Surabaya. Rencana keberangkatan KASAL ke Korea Selatan,
disampaikan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Young-Sun, dalam
acara 40 tahun sejarah hubungan diplomatik kedua negara, yang bertempat di
Jakarta.
Pernyataan dari Dubes Korea Selatan ini, sekaligus
menepis dugaan, bahwa kapal selam yang dibeli Indonesia adalah kapal bekas.
Dengan adanya pemotongan baja pertama, berarti Indonesia akan memiliki kapal selam
baru jenis U-209, buatan Korea Selatan. Pernyataan Dubes Korea Selatan juga
menunjukkan, mereka serius membangun kapal selam ketiga di Surabaya, Indonesia.
Jika hal ini terwujud, akan menjadi sebuah terobosan besar. Indonesia mampu
membuat kapal selam sendiri !!!... Di sisi lain TNI AL juga bergerak untuk
menindaklanjuti rencana hibah 10 kapal selam dari Rusia. Menteri Pertahanan
Purnomo Yusgiantoro mengatakan, tim peninjau TNI AL berangkat ke Rusia, untuk
melihat kapal selam hibah tersebut. Diduga kapal selam yang ditawarkan Rusia
adalah jenis Kilo yang masih operasional namun direfurbish dan disesuaikan
dengan kondisi iklim laut di Indonesia. Kasusnya mungkin mirip dengan
hibah 30 pesawat tempur F-16 eks Amerika Serikat.
Keberadaan kapal selam Kilo ini akan mendatangkan
kekuatan strategis bagi Angkatan Laut Indonesia. Negara lain perlu
berpikir ulangi, jika mencoba mengganggu Indonesia. Bahkan keberadan 10 kapal
selam kilo (jika jadi dibeli) akan menjadi tekanan tersendiri bagi pasukan
Amerika Serikat yang berpangkalan di Australia. Kapal selam kilo memberi
pesan kepada Amerika Serikat dan Australia, bahwa keamanan kawasan Indonesia,
tidak diserahkan begitu saja kepada mereka.Di sisi lain kapal selam ini akan
memperkuat posisi Indonesia di Perairan Natuna, yang bersinggungan
langsung dengan laut China Selatan, atas ancaman armada laut China yang semakin
agresif. Kekuatan bawah laut Indonesia akan mengalami peningkatan yang
signifikan.
Namun jika dibandingkan dengan negara-negara besar
lainnya, seperti India, Australia, China, dan Korea Selatan, maka peningkatan
kekuatan laut Indonesia, bisa disebut sedang mengejar ketertinggalan. TNI AL
mencoba melompat jauh dengan pengadaan hibah 10 kapal selam (diduga) Kilo. Ada
baiknya juga memiliki kapal permukaan yang memiliki nilai strategis setara
dengan Kilo, yakni kapal permukaan jenis destroyer. Kapal ini bertugas
melindungi kapal-kapal permukaan Indonesia, sekaligus menjadi penggentar.
Negara yang dihadapi Indonesia saat berpatroli di wilayah utara adalah China,
sementara di wilayah Selatan adalah Australia.
Untuk itu diperlukan destoyer sebagai alutsista
strategis, didukung oleh frigate, korvet dan kapal cepat rudal. Jika pada
tahun 1960-an Indonesia telah memiliki kapal penjelajah Cruiser dari Uni Soviet,
sangat wajar di MEF tahap 2 (2015-2019), Indonesia memiliki destoyer. Memang
harus ada pintu lain untuk percepatan target perolehan 12 kapal selam pada
tahun 2020. Oleh sebab itu tawaran Rusia merupakan hal yang
menggembirakan karena untuk urusan kapal selam Rusia merupakan produsen yang
disegani kualitas produknya. Ingat sejarah Trikora dulu, kehadiran 12
kapal selam Whiskey Class Rusia di Indonesia membuat Belanda terpaksa angkat
kaki dari Papua.
Teknologi kapal selam Rusia sampai saat ini diakui
adalah yang paling senyap didunia. Yang menarik dari tawaran 10 kapal
selam Rusia ini adalah “cerita-cerita” sebelumnya sehingga menimbulkan berbagai
spekulasi. Seperti diketahui beberapa tahun silam Presiden Vladimir Putin
menyetujui pemberian pinjaman dana Kredit State untuk pembelian alutsista
sebesar US$ 1 milyar kepada Indonesia. Nah yang 300 juta dollar itu sudah
dibelanjakan alutsista made in Rusia berupa Tank Amfibi BMP3F, persenjataan
Sukhoi dan suku cadangnya. Sisanya yang 700 juta dollar anehnya
tidak boleh dibelikan alutsista lain selain sosok kapal selam, itu
persyaratannya. Skenarionya yang 700 juta dollar itu merupakan jatah 2 kapal
selam “herder” jenis Kilo.
Tetapi berdasarkan pengumuman, pemerintah Indonesia
tidak jadi membeli 2 Kilo karena yang menang tender tahun 2012 lalu adalah
Korsel dengan persetujuan membuat 3 kapal selam “anjing kampung” dengan rincian
1 dibuat Daewoo, 1 dibuat bareng Daewoo dan PAL, 1 lagi dibuat PAL dengan
supervisi Daewoo. Begitu skenario transfer teknologinya. Rusia
mundur dari tender karena ada yang “lucu” disitu. Kan gue yang kasih 700 juta
dollar pinjaman untuk 2 kapal selam. Kok pake-pake tender segala sih, kata
Paman Beruang Merah. Tetapi ternyata dalam perjalanan pembuatannya ada klaim
dari Jerman sebagai pemilik teknologi U-209 bahwa negeri itu hanya memberi
lisensi pada Turki, bukan Korsel sehingga perjalanan pembuatan kapal selam
Changbogo yang merupakan fotocopy U-209 tersendat, sebagaimana dinyatakan Ketua
Komisi I DPR Mahfudz Siddiq tanggal 19 Agustus 2013 yang lalu.
Sehingga tawaran 10 kapal selam itu perlu dikaji lebih
lanjut tentu dengan aroma tak perlu mempersulit minimal soal anggarannya. Jika
disetujui baru bisa direalisasikan setelah 2014 atau MEF tahap II. Tetapi
yang menjadi pertanyaan mengapa Ketua Komisi I DPR langsung mendukung, biasanya
selalu ada klarifikasi dulu, atau mempertanyakan atau mengadakan rapat bareng
atau “perlawanan ala kadarnya”. Spekulasi yang berkembang boleh jadi pembuatan
kapal selam Kilo terdahulu tetap berjalan tetapi tidak untuk konsumsi publik.
Tahun 2009 sudah dimulai pembangunannya sehingga diperkirakan 2 Kilo itu sudah
ada di perairan Indonesia saat ini.
Nah untuk menutupi perjalanan masa lalu 2 Kilo itu
maka skenario tawaran 10 kapal selam dari jenis Kilo, Amur dan Lada bekas
menjadi jalan keluarnya sehingga jika pengadaan 10 kapal selam tadi disetujui
sudah “include” 2 Kilo proyek sebelumnya. Bukankah Wakil Menteri
Pertahanan Malaysia belum lama ini sudah berkoar-koar di Parlemennya bahwa
Indonesia sudah punya 2 kapal selam buatan Rusia. Mengapa tidak dibantah.
Asumsi lain adalah jika masing-masing kapal selam yang di upgrade itu
memerlukan dana US$ 70 juta maka klop untuk 10 kapal selam dengan kucuran
kredit state Rusia yang belum terpakai sebesar US$ 700 juta. Tetapi angka
US$ 70 juta itu rasanya kok belum pantas untuk 1 kapal selam bekas. Minimal
diperlukan kisaran angka US$ 100 juta. Jangan lupa Vladimir Putin kan
pernah menjanjikan tambahan Kredit State sebesar US$ 1milyar lagi untuk
pengadaan alutsista Indonesia apalagi jika dikaitkan dengan rencana membangun
sistem jaringan rudal penangkis serangan udara di sejumlah titik strategis di
Indonesia.
3 comments:
wah keren seklai gan.
Hotel Murah di Jakarta
mantap lah gan kapal selam.
Lutron Indonesia
makin maju marinir indoneisa
batu hijau garut bungbulang
Post a Comment