Saturday, September 21, 2013

Analisis Armada Kapal Selam Indonesia


Kapal Selam Amur Class buatan Rusia

Prospek pengembangan Angkatan Laut Indonesia semakin menjanjikan, setelah Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Marsetio dijadwalkan mengunjungi Korea Selatan dalam waktu dekat, untuk menyaksikan pemotongan baja yang menandai dimulainya pembuatan kapal selam pesanan TNI AL. Duta besar Korea Selatan, Kim Young-Sun mengatakan tiga kapal selam tipe U-209 telah dipesan oleh Indonesia dan akan dikirim tahun 2015 hingga tahun 2016. Dua akan dibangun di galangan kapal Daewoo di Busan, Korea Selatan, sementara yang ketiga akan dibangun di fasilitas galangan kapal milik negara PT  PAL Indonesia di Surabaya. Rencana keberangkatan KASAL ke Korea Selatan, disampaikan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Kim Young-Sun, dalam acara 40 tahun sejarah hubungan diplomatik kedua negara, yang bertempat di Jakarta. 
Pernyataan dari Dubes Korea Selatan ini, sekaligus menepis dugaan, bahwa kapal selam yang dibeli Indonesia adalah kapal bekas. Dengan adanya pemotongan baja pertama, berarti Indonesia akan memiliki kapal selam baru jenis U-209, buatan Korea Selatan. Pernyataan Dubes Korea Selatan juga menunjukkan, mereka serius membangun kapal selam ketiga di Surabaya, Indonesia. Jika hal ini terwujud, akan menjadi sebuah terobosan besar. Indonesia mampu membuat kapal selam sendiri !!!... Di sisi lain TNI AL juga bergerak untuk menindaklanjuti rencana hibah 10 kapal selam dari Rusia. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, tim peninjau TNI AL berangkat ke Rusia, untuk melihat kapal selam hibah tersebut. Diduga kapal selam yang ditawarkan Rusia adalah jenis Kilo yang masih operasional namun direfurbish dan disesuaikan dengan kondisi iklim laut di Indonesia. Kasusnya mungkin mirip dengan hibah 30 pesawat tempur F-16 eks Amerika Serikat.
Keberadaan kapal selam Kilo ini akan mendatangkan kekuatan strategis bagi Angkatan Laut Indonesia. Negara lain perlu berpikir ulangi, jika mencoba mengganggu Indonesia. Bahkan keberadan 10 kapal selam kilo (jika jadi dibeli) akan menjadi tekanan tersendiri bagi pasukan Amerika Serikat yang berpangkalan di Australia.  Kapal selam kilo memberi pesan kepada Amerika Serikat dan Australia, bahwa keamanan kawasan Indonesia, tidak diserahkan begitu saja kepada mereka.Di sisi lain kapal selam ini akan memperkuat posisi Indonesia di Perairan Natuna,  yang bersinggungan langsung dengan laut China Selatan, atas ancaman armada laut China yang semakin agresif. Kekuatan bawah laut Indonesia akan mengalami peningkatan yang signifikan.
Namun jika dibandingkan dengan negara-negara besar lainnya, seperti India, Australia, China, dan Korea Selatan, maka peningkatan kekuatan laut Indonesia, bisa disebut sedang mengejar ketertinggalan. TNI AL mencoba melompat jauh dengan pengadaan hibah 10 kapal selam (diduga) Kilo. Ada baiknya juga memiliki kapal permukaan yang memiliki nilai strategis setara dengan Kilo, yakni kapal permukaan jenis destroyer. Kapal ini bertugas melindungi kapal-kapal permukaan Indonesia, sekaligus menjadi penggentar. Negara yang dihadapi Indonesia saat berpatroli di wilayah utara adalah China, sementara di wilayah Selatan adalah Australia.
Untuk itu diperlukan destoyer sebagai alutsista strategis, didukung oleh frigate, korvet dan kapal cepat rudal. Jika pada tahun 1960-an Indonesia telah memiliki kapal penjelajah Cruiser dari Uni Soviet, sangat wajar di MEF tahap 2 (2015-2019), Indonesia memiliki destoyer. Memang harus ada pintu lain untuk percepatan target perolehan 12 kapal selam pada tahun 2020.  Oleh sebab itu tawaran Rusia merupakan hal yang menggembirakan karena untuk urusan kapal selam Rusia merupakan produsen yang disegani kualitas produknya.  Ingat sejarah Trikora dulu, kehadiran 12 kapal selam Whiskey Class Rusia di Indonesia membuat Belanda terpaksa angkat kaki dari Papua. 
Teknologi kapal selam Rusia sampai saat ini diakui adalah yang paling senyap didunia. Yang menarik dari tawaran 10 kapal selam Rusia ini adalah “cerita-cerita” sebelumnya sehingga menimbulkan berbagai spekulasi. Seperti diketahui beberapa tahun silam Presiden Vladimir Putin menyetujui pemberian pinjaman dana Kredit State untuk pembelian alutsista sebesar US$ 1 milyar kepada Indonesia.  Nah yang 300 juta dollar itu sudah dibelanjakan alutsista made in Rusia berupa Tank Amfibi BMP3F, persenjataan Sukhoi dan suku cadangnya.  Sisanya yang 700 juta dollar anehnya tidak boleh dibelikan alutsista lain selain sosok kapal selam, itu persyaratannya. Skenarionya yang 700 juta dollar itu merupakan jatah 2 kapal selam “herder” jenis Kilo. 
Tetapi berdasarkan pengumuman, pemerintah Indonesia tidak jadi membeli 2 Kilo karena yang menang tender tahun 2012 lalu adalah Korsel dengan persetujuan membuat 3 kapal selam “anjing kampung” dengan rincian 1 dibuat Daewoo, 1 dibuat bareng Daewoo dan PAL, 1 lagi dibuat PAL dengan supervisi Daewoo.  Begitu skenario transfer teknologinya.  Rusia mundur dari tender karena ada yang “lucu” disitu. Kan gue yang kasih 700 juta dollar pinjaman untuk 2 kapal selam. Kok pake-pake tender segala sih, kata Paman Beruang Merah. Tetapi ternyata dalam perjalanan pembuatannya ada klaim dari Jerman sebagai pemilik teknologi U-209 bahwa negeri itu hanya memberi lisensi pada Turki, bukan Korsel sehingga perjalanan pembuatan kapal selam Changbogo yang merupakan fotocopy U-209 tersendat, sebagaimana dinyatakan Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq tanggal 19 Agustus 2013 yang lalu. 
Sehingga tawaran 10 kapal selam itu perlu dikaji lebih lanjut tentu dengan aroma tak perlu mempersulit minimal soal anggarannya. Jika disetujui baru bisa direalisasikan setelah 2014 atau MEF tahap II.  Tetapi yang menjadi pertanyaan mengapa Ketua Komisi I DPR langsung mendukung, biasanya selalu ada klarifikasi dulu, atau mempertanyakan atau mengadakan rapat bareng atau “perlawanan ala kadarnya”. Spekulasi yang berkembang boleh jadi pembuatan kapal selam Kilo terdahulu tetap berjalan tetapi tidak untuk konsumsi publik. Tahun 2009 sudah dimulai pembangunannya sehingga diperkirakan 2 Kilo itu sudah ada di perairan Indonesia saat ini. 
Nah untuk menutupi perjalanan masa lalu 2 Kilo itu maka skenario tawaran 10 kapal selam dari jenis Kilo, Amur dan Lada bekas menjadi jalan keluarnya sehingga jika pengadaan 10 kapal selam tadi disetujui sudah “include” 2 Kilo proyek sebelumnya.  Bukankah Wakil Menteri Pertahanan Malaysia belum lama ini sudah berkoar-koar di Parlemennya bahwa Indonesia sudah punya 2 kapal selam buatan Rusia.  Mengapa tidak dibantah. Asumsi lain adalah jika masing-masing kapal selam yang di upgrade itu memerlukan dana US$ 70 juta maka klop untuk 10 kapal selam dengan kucuran kredit state Rusia yang belum terpakai sebesar US$ 700 juta.  Tetapi angka US$ 70 juta itu rasanya kok belum pantas untuk 1 kapal selam bekas. Minimal diperlukan kisaran angka US$ 100 juta.  Jangan lupa Vladimir Putin kan pernah menjanjikan tambahan Kredit State sebesar US$ 1milyar lagi untuk pengadaan alutsista Indonesia apalagi jika dikaitkan dengan rencana membangun sistem jaringan rudal penangkis serangan udara di sejumlah titik strategis di Indonesia.

3 comments:

Post a Comment